Asal Usul Nama 'Parit Hidayat' dan Peran Tuan Guru Sapat

Jumat, 18 Juni 2021

TRANSMEDIARIAU.com - Syekh Abdurrahman Shiddiq atau yang lebih dikenal dengan nama Tuan Guru Sapat mencoba mengajak masyarakat agar memahami ajaran Islam serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Atas dasar ini ia mengajak masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat Indragiri Hilir, ia tidak segan-segan masuk hutan sebagai upayanya mengajak masyarakat untuk bersama-sama ikut dengannya.

Ia sendiri kemudian membuka hutan sekitar tiga kilo meter jauhnya dari Sapat untuk dijadikan areal perkebunan kelapa. Usahanya itu benar-benar diikuti oleh masyarakat di daerah itu, yang sebelumnya banyak diantara mereka yang takut menaklukkan hutan lebat karena dianggap angker.

Menurut Ketua Yayasan Syekh Abdurrahman Sidiq, Dr. H M Ali Azhar Mahmud mengatakan, Syekh Abdurrahman Siddiq mempelopori pembuatan parit induk bagi perkebunan kelapa di daerah Sapat tersebut. Sejak parit induk itu dibangun, perkebunan kelapa di daerah itu bertambah luas dan subur, dan penduduk pun semakin bertambah ramai berdatangan ke daerah tersebut. 

Karena ide pembuatan parit ini, maka daerah tersebut dinamakan Parit Hidayat yang artinya petunjuk dari Allah SWT. Sampai sekarang daerah di sekitar parit itu dikenal dengan nama Parit Hidayat.

Beliau (Syekh Abdurrahman Siddiq) menjadi pionir dalam bercocok tanaman perkebunan kelapa di Indragiri. Beliau sendiri mempunyai ribuan batang kelapa, yang sebagian hasilnya diwakafkan kepada kepentingan umat Islam khususnya di bidang pendidikan. 

Penghasilan pertama dari perkebunan ini beliau gunakan untuk membuat masjid di sebelah rumah tempat beliau tinggal. Selanjutnya, Syekh Abdurrahman Siddiq membangun madrasah dan tidak kurang seratus pondok untuk para santri tanpa dipungut biaya. Bahkan beliau sendiri yang memenuhi keperluan para santri.

Gerakannya untuk memperbaiki taraf hidup dan ekonomi masyarakat, ia padukan dengan kegiatannya di bidang pendidikan dan dakwah. Pada mulanya ia hanya mengajar secara berhalaqah di mesjid yang ia bangun itu. Kemudian ia membangun madrasah untuk menampung murid-murid yang ingin belajar kepadanya. Ini adalah madrasah pertama di Indragiri.

"Madrasah ini semakin terkenal tidak hanya di daerah itu tapi juga di Riau pada umumnya dan bahkan sampai ke Singapura dan Malaysia," ujar Ali Azhar, Kamis (18/06/2021).

Syekh Abdurrahman Shiddiq telah membangun sebuah pesantren besar dan lengkap di daerah itu dimana ia sendiri bertindak sebagai kiyainya. Selain itu, kehadirannya di daerah tersebut juga telah ikut menciptakan kerukunan antar suku-suku yang sebelumnya sering bertikai.

Ia melihat bahwa ketidak harmonisan pergaulan antar suku-suku di Indragiri adalah karena dangkalnya pengetahuan mereka terhadap ajaran Islam. 

Ia senantiasa mencoba menyelesaikan problema dalam masyarakat melalui pendekatan dan bahasa agama, karena yang demikian itu memang merupakan bagian dari tugas dan fungsi keulamaannya.

Ia dipanggil oleh masyarakat di daerah Indragiri dengan sebutan "Tuan Guru" atau "Tuan Alim" suatu gelar yang menunjukkan begitu akrabnya ia dengan masyarakat dan begitu besar peranan keulamaannya. 

Syekh Abdurrahman, Mufti dari kerajaan Indragiri tinggal di Sapat Indragiri Hilir mulai tahun 1326 H atau 1908 M. Dan mulai menyebarkan agama islam hingga akhir hayatnya pada usia 83 tahun yang menurut kalender Hijriyah usia beliau sekitar 78 tahun.