Filosofi Pantai Terumbu Mabloe di Desa Sungai Bela Inhil

Sabtu, 06 Maret 2021

TRANSMEDIARIAU.com - Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Riau yang dikelilingi daerah laut dan pantai lumpur, sehingga mampu menimbulkan Destinasi Wisata Pantai yang bernama Pantai Terumbu Mabloe.

Belakangan ini, banyak wisatawan mulai melirik Destinasi Wisata Pantai Terumbu Mabloe yang terletak di Desa Sungai Bela, Kecamatan Kuala Indragiri (Kuindra), yakni Pantai Terumbu Mabloe.

Bagaimana tidak, Ekowisata ini berdempet langsung dengan lokasi menongkah yang luasnya lebih kurang seperti lapangan sepak bola. Hari ini, tradisi tersebut diagungkan sebagai sarana rekreasi untuk para pelancong. Namanya Pantai Terumbu Mabloe.

Terkait hal ini, penulis mengkaji Filosofi Terumbu Mabloe. Singkatnya, Ekowisata ini erat sekali kaitannya dengan budaya warga tempatan, terutama Budaya Suku Duanu yakni Menongkah Kerang.

Menongkah ini mereka lakukan dengan dua keping papan yang sudah melekat rapat. Panjangnya kira-kira 2 meter. Mereka berselancar di permukaan lumpur, bolak-balik menghadap segala arah.

Pantai Terumbu Mabloe tadi disiapkan sebagai destinasi wisata yang menyajikan budaya menongkah, keindahan mangrove, dan menikmati pasir pantai itu sendiri.

Bahkan bagian pesisir timur Sumatera ini juga menyajikan keindahan flora. Di sana terdapat hutan mangrove dari berbagai macam jenis pohon hutan tertata secara alami, umumnya pohon Pedada, Perepat, dan Avicennia atau lebih dikenal dengan sebutan Kayu Api-api.

Berdasarkan KBBI, arti Terumbu sudah jelas dangkalan di laut yang tidak terlalu luas, atau sering kelihatan apabila air surut. Benar adanya, Pantai Terumbu Mabloe akan hilang jika air laut sedang pasang. Para wisatawan hanya dapat menikmati dikala surut. Jadwalnya tidak menentu, bisa pagi, bisa sore, bahkan bisa malam.

Sedangkan untuk Mabloe, sampai hari ini belum ada KBBI merilis makna yang tersurat. Wajar saja, Mabloe atau Mablu jika dibaca, adalah kosa kata asli dari Suku Duanu yang artinya Sungai Bela.

Jika ada yang berpendapat Suku Duanu baru berkembang-biak kemarin sore, maka dapat dipastikan keliru. Sebab nyatanya, suku yang termasuk kategori Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Riau ini sudah lahir sejak zaman batu.

Hal ini dibenarkan oleh salah seorang tokoh Suku Duanu, Sarpan dan selaras dengan catatan Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Inhil dalam Tabloid 'Inhil Nan Molek'.

Makanya, kata Mabloe di Pantai itu sengaja ditulis dengan ejakan warisan masa kolonial yang pernah digunakan di Republik ini, yaitu Ejaan Van Ophuijsen sebagai tanda keberadaan Duanu sudah lahir sejak dahulu kala.

Dari catatan sejarah, Suku Duanu sudah berkembang pada tahun 2500 SM sampai dengan 1500 SM. Mereka tinggal di pinggiran pantai Kabupaten Inhil. Dan tradisi menongkah tadi, kala itu mereka sudah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Suku Duanu ini termasuk suku nomaden. Artinya, mereka suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pulau ke pulau lain, atau dari satu ceruk ke ceruk lain.

Tidak ada pedoman khusus untuk kata Duanu. Sebab dalam catatan Wikipedia, maka yang muncul adalah 'Duano' yakni satu jenis bahasa yang digunakan orang kuala yang persebarannya meliputi pesisir timur Provinsi Riau, Kepulauan Riau bagian barat, dan sebagian pesisir barat Johor, Malaysia. Bahkan Wikipedia juga merilis kata 'Duano' sebagai jenis suku yang terletak di Tanjung Solok, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi yang berpusat di Jalan Trio Perkasa.

Lain Wikipedia, lain pula KBBI. Dalam catatan kamus yang dipedomani masyarakat Indonesia ini hanya terdapat kata 'Duane' artinya instansi pemerintah yang bertugas di pelabuhan udara atau laut untuk menyelenggarakan dan mengawasi semua urusan yang berhubungan dengan bea cukai. Sejauh pengetahuan Sarpan, kata 'Duane' diambil dari Bahasa Belanda yakni Douane yang artinya penjaga laut.

Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dan Kebudayaan (Disparporabud) Inhil, Junaidy, S.Sos., M.Si mengatakan, pada masa kerajaan, masyarakat Suku Duanu ini difungsikan sebagai penjaga laut. 

"Mereka diberi kewenangan untuk menjaga pesisir pantai oleh raja. Salah satu contoh di wilayah kita adalah Kerajaan Indragiri," ceritanya, Sabtu (06/03/2021).

Maka dari itu, slogan Pantai Terumbu Mabloe digaungkan dengan kalimat 'Piak Duanu Lap Ne Dolak', artinya tak kan Duanu hilang di laut. 

Apalagi jumlah populasi Suku Duanu saat ini sudah menyebar lebih kurang 17 ribu jiwa di Kabupaten Inhil. Terutama di wilayah pesisir seperti Kecamatan Kuindra, Kecamatan Concong, dan Kecamatan Tanah Merah.