Tamimi Ahmad: Urgensi Mencoblos dengan Bismillah 27 Juni 2018

Sabtu, 23 Juni 2018

TRANSMEDIARIAU.COM, Dalam diskusi ringan bersama teman, terlontar pembicaraan tentang pentingnya memasyarakatkan bismillahdalam memilih pemimpin (Pilkada) 27 Juni 2018besok. Bila dipahami secara sekilas, ini sungguh personal dan tidak begitu urgen untuk diketengahkan. Namun, jika direnung lebih dalam maka hal ini menjadi sebuah keharusan. Menurut saya ada beberapa alasan penting bagi kita untuk memasyarakatkan bismillahpada pemilu besok. Pertama: agama mengajarkan pada setiap kita agar senantiasa mengawali segala pekerjaan dengan ucapan bismillah. Kedua, manusia dan Tuhan adalah dua hal yang tak terpisahkan, karena kebergantungannya pada Tuhan mengharuskan ia terus ingat (zikrullah) di sepanjang waktu apapun aktivitas itu. Ketiga, manusia adalah makhluk yang terbatas, lalu jika kita hubungkan dengan persoalan memilih pemimpin (Pilkada) tentu sangat erat sekali. Sebab, sudah menjadi harapan setiap orang agar di negeri ini lahirnya sosokpemimpin terbaik, paham dan ngerti akan rakyat lalu berjuang mempersembahkan segala kekuasaan yang dititipkan itu hanya untuk rakyat dalam rangka men-tauhid-kan Tuhan. Jika masing-masing individu memandang memilih pemimpin adalah kegiatan politik dunia yang tak perlu melibatkan Tuhan, pertanyaan sangat mendasar adalah sejauhmana kehebatan individu itu dalam mencari serta menetukan pemimpin terbaik buat masa depan jika harus melepaskan keterlibatan Tuhan di dalamnya?. Saya meyakini bahwa paham dikotomi seperti ini justru membuat Tuhan marah, efek dari kemarahan itu adalah Ia uji kita dengan mentakdirkan lahirnya sosokpemimpin zalim untuk memandu ribuat manusia baik di tengah kita. Hemat saya inilah urgensi bismillahdalam politik memilih pemimpin yaitu untuk melengkapi keterbatasan. Menelusuri tingkat pendidikan masyarakat pemilih di Inhil dan Riau umumnya masih tergolong rendah, rata-rata pemilih adalah tamat pendidikan sekolah dasar (SD). Selain itu kondisi geografis juga sangat luas melewati daerah sungai dan rawa dan masyarakat masih banyak bedomisili di pelosok-pelosok kampongtersebut yang jauh dari akses informasi. Kalaupun akses informasi itusampai namunbelum tentu mereka sadar untuk memanfaatkannya untuk mencari tahu lebih dalam tentang siapa-siapa sosok pemimpin yang baik itu, jangankan mereka yangawam, yang pernah mengecap pendidikan menengah dan sarjanapun belum tentu sadar akan hal itu. Atas dasar inilah saya berpendapat bahwa pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah kali ini masih banyak ditentukan oleh pemilih yang Irrasional (awam), yang tidak punya alasan kuat kenapa ia harus memilih terutama berdasarkan pertimbangan rekam jejak. Terlebih menguatnya isu serta opini yang dimainkan oleh para tim sukses di berbagai penjurunya menampilkan sosok calon yang mereka usung seperti seorang malaikat penyelamat masa depanmasyarakat. Kemudian ditambah lagi dengan bumbu-bumbu money politik yang disebarkan, ini jelas menjadi batu penghalang bagi lahirnya pemimpin Inhil dan Riau umumnya yang lebih berkualitas karena tidak ada partisipasi pemilih yang mandiri dan rela untuk menetukan pilihannya lewat pengetahuan dan nurani, yang ada adalah pemilihemosional yaitu dari hasil rayuan, ketidak tahuan atau tak punya pilihan atau berdasarkan suku dan etnisnya. Belum lagi ditambah dengan dilema politik perdukunan yang sudah menjadi rahasia umum di negeri ini, semakin menghambat kemurnian demokrasi yang berjalan. Walaupun ini adalah sikap yang tak rasional dan sulit dibuktikan tetap saja sangat menyakinkan karena sudah merupakan ciri bahwa masyarakat kita adalah masyarakat mistik yaitu percaya akan bantuan kekuatan jin dan hantu. Inilah salah satu bentuk penyimpangan prilaku beragama calon pemimpin kita. Meyakini hanya dengan bimbingan dan petunjuk Tuhanlah segala kelemahan selaku manusia dan keterbatasan kita selaku pemilih untuk menghadapi aktivitas manipulasi dari oknum-oknum tertentu akan mampu ditutupi-Nya dengan sifat penyayang. Sehingga hasil pemilu kada Inhil dan Riau umumnya kedepan dititipkan Tuhan seorang pemimpin yang siddiq, tabligh, amanah dan fathanah, yaitu yang di awali dengan bismillahirrahmanirrahim. Mari kita kampanyekan untuk menjemput berkah Tuhanmelalui kalimat Bismillah.   Editor: ucuirul Penulis Ahmad Tamimi